Saling Sambut

Di musim penghujan bulan maret tahun 2019. Rencana lama saya untuk memiliki sepeda akhirnya terwujud. Namun rencana ini rupanya sedikit termodifikasi; sepeda yang dapat disewa. Ide ini saya peroleh ketika saya main ke Kaliurang kemudian melihat Jeep yang disewakan untuk wisata di Gunung Merapi. Waktu itu tetiba saya berpikir: “Barangkali menyewakan sepeda dapat menjadi suatu opsi menyenangkan di Pitutur?”

Memiliki sepeda menjelang tahun ketiga perjalanan usia Pitutur ternyata terasa menggembirakan. Bersyukur. Rupanya, Pemkot Yogyakarta juga sudah lebih dahulu menyediakan sepeda-sepeda yang dapat dipakai dengan gratis. Hal ini menjadi momentum yang baik, seolah semesta mendukung kesinambungan ini.

Ternyata, mewujudkan sesuatu yang (mungkin) orang pikirkan/idamkan itu membahagiakan. Sebagai contoh misalnya, seseorang ingin duduk di coffee shop dengan suasana nyaman, tenang dan memiliki mini perpustakaan. Tidak banyak (mungkin) yang memikirkan/mengidamkan hal demikian di keseharian, namun saya yakin pasti ada di sudut desa, sudut kota, yang berangan bahwa ruang itu ada. Ketika ruang itu mewujud ada, hal demikian itu seperti jodoh! Seperti bertemu sahabat.

Demikian halnya dengan sepeda. Saya tidak pernah membayangkan bahwa ada banyak sekali orang yang menginginkan bersepeda santai di sore hari menyusuri Kota Yogya. Namun, pasti ada satu-dua orang yang menginginkannya, sekali waktu, ketika sisa waktu masih banyak hari itu, dan hati cukup riang untuk melepas detik demi detik mengayuh sepeda. Dan saat itu terwujud, seperti kalimat di atas, seseorang menemukan jodohnya, momennya, dan bahagianya masing-masing.

Ada banyak keindahan yang saya lihat di Instagram. Di kota-kota besar di negara nun jauh. Kota-kota yang belum pernah saya kunjungi. Tentu saja, salah satunya ialah Kyoto. Namun, setiap saya melihat foto di kota-kota indah dan bersih itu, semakin saya ingin mengunjunginya, semakin saya bersikeras; saya harus bisa mewujudkan keindahan itu di sini, di Yogya, di lingkungan sekitar saya, lingkungan terdekat saya.

Saya ingin keindahan itu ada di keseharian masyarakat kita. Siapapun itu, seseorang harus memulainya. Sebab, bagi saya, kita tidak bisa terus menerus mengagumi keindahan dunia luar dan tidak berbuat suatu apapun bagi lingkungan sekitar yang celakanya kelak akan menjadi tempat tinggal bagi anak-anak kita.

Sungai harus jernih kembali. Sampah tak boleh tercecer terus menerus. Bunga-bunga dan pepohonan perlu hadir di sekitar kita dan udara segar mengalir mengisi harapan-harapan baik. Semua bermula dari lingkungan terkecil, antara saya, anda, kawan saya, sahabat saya, kemudian seterusnya orang-orang yang (mungkin) tidak sempat kita kenal.

Leave a comment

Create a free website or blog at WordPress.com.

Up ↑